Senin, 07 Februari 2022

72.Yang Sebenar Diri


kajian kitab barencong (datu sanggul)


Yang sebenar benar diri itu nyawa.

Yang sebenar benar nyawa itu ruh. 

Yang sebenar benar ruh itu nur Muhammad. 

Yang sebenar benar nur Muhammad itu sifat. 

Yang sebenar benar sifat itu zat (zat hayat). 

Yang sebenar benar zat itu diri.

Yang sebenar benar sifat itu rupa.


Tapi bila kita mendakwa kepada ruh, maka teruskanlah kepada zat dan sifat allah. Supaya jangan terhijab kepada allah apa bila sudah kita tembuskan kepada zat dan sifat allah, itulah tubuh orang ma’rifat yang sebenarnya. Kalau sudah sampai kepada diri yang sebenarnya atau diri bathin, barulah bathin dapat melihat bathin. Disini dapatlah orang yang sampai itu melihat perjalanan ruh/rohani. 


Adapun yang di sebut roh idhofi itu berbadan Muhammad. Di sini hamba tambahkan pula tentang nama-nama roh yang patut di kenal: 

roh idhofi, 

roh mukayyat, 

dan roh mutlak. 


Dan yang pertama tadi di sebut roh idhofi. Dan yang di sebut roh/nyawa itu tadi di sebut juga roh mukayyat. 

Yang di sebut roh mutlak itu adalah roh robbani itu adalah roh tuhan allah. 


Kalau orang yang hanya sampai kepada roh mukayyat atau yang di sebut nyawa itu artinya dia belum meneruskan kepada zat dan sifat allah ta’ala. karna orang yang telah meneruskannya kepada zat dan sifat allah itulah yang di sebut roh mutlak (ruhul qudus / bayi hati.

Atau lazim di sebut oleh kaum sufi dengan ruhul kudus atau ruhul haq, ruhul amin. 


Jadi seorang wali allah yang berada pada tingkat atas darinya bertubuh sir, dan berubah-ubah tuhan. Yang di sebut sir dan roh itu ialah : zat allah dan sifat allah.


Dengan adanya zat dan sifat itu lalu kita ingat kepada kalimah yang berbunyi ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah. Disini ada dua huruf, yaitu huruf alif dan huruf ha. Alif itu berarti ujud, dan h itu berarti hayat. Tiap-tiap hayat tentunya dengan ujud. Setiap ujud dan hayat, pasti dengan namanya pula. Dan setiap ada ujud, hayat dan asma, tentu ada af’al jadi susunannya yang sebenarnya itu adalah : zat, sifat, asma, dan af’al itulah yang

bernama allah dan akhirnya kalimah la illha ilallah itulah yang bernama zat sifat asma dan af’al. inilah rahasia bathin dan zahir syariat dan hakikat. Hamba dan tuhan, abid dan ma’bud, khalik dan makhluk. 


Zat dan sifat tiada boleh pisah, begitu juga tidak boleh sekutu. Ia seperti naïf dan isbat jua adanya dan masa lupanya rasa, kita lupa dan kita tidak ingat lagi yang sebagai macam, itulah yang bernama idhafat ma’allah artinya hilang semuanya dan tidak ketinggalan walaupun sebesar atom. Maka ini hamba disebut dengan makam hakikat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar