tambahan dari admin:
tidak ada gading yang tak retak,
tidak ada manusia yang sempurna,
manusia hanya tempatnya salah lupa hilaf dan dosa.
itu hanya untuk orang awam yaitu orang yang belum mengenal dan menyatu dengan allah, tapi bagi yang sudah menyatu dengan allah maka bagaimana allah maka seperti itulah dia, jika allah sempurna maka dia juga sempurna, karna dia hanya mengikut dan bergantung pada allah, ibarat gerobak yang bergantung pada mobil, maka gerobak itu akan mengikuti mobil itu walau kemanapun juga. jika mobil itu pergi ke kesempurnaan maka gerobakpun akan ikut serta kesana, dan allah tidak akan perna pergi ke kesempurnaan karna telah sempurna tanpa awal kesempurnaannya.
sekarang masuk ke kajian:
bagi mereka tak ada atau tak perlu lagi pada kedudukan atau makom. Arif / wali. Atau dengan mengulang-ulang kata-kata hamba, atau manusia atau makhluk. Dia tidak perlu lagi mengata zat atau sifat. Apa lagi kata-kata sariat dan tharekat, dia tidak memerlukan lagi kata-kata hakikat ma’rifat, dia diam dalam malaqutnya dan tunggal dalam jabarutnya. Hanya tinggal AKU dalam isyaratnya. Jadi kata-kata AKU telah mencakup keseluruhan seisi langit dan bumi, Arsy dan kursyi, Luh dan kalam,dunia dan akhirat (karna akunya telah menyatu atau berganti dengan akunya allah). Demikianlah hakikat ketuhanan yang maha ESA.
Kembali kepada asalnya (awalnya).
(pada zaman azhali) Sebelum ada yang mengenal allah. Belum tahu namanya, apa lagi sifat dan zatnya. Dan sebelum menjadikan RUH dan ARAD nya. Sedangkan NUR MUHAMMAD belum ada. Dia berdiri sendiri, hidup sendiri, tanpa RUH dan jasad. Jadi pada hakikatnya tidak memerlukan apa-apa cukup dengan AKU. Tidak pakai kata-kata ENGKAU. Hanya simpun dalam KALIMAH AKU. Dan kalimah AKU ini harus lenyap pula dalam huruf dan kata-kata dan dalam suara. Artinya: tiada huruf, tiada kata-kata, dan suara. Inilah yang sebenar-benarnya fana dan lenyap dan baqa dan baqa ul baqa. Tidak ada di atas ini lagi.
Kata-kata AKU di sini hanya ada dalam KAIMINYAK BATHIN.
Ada kata, tetapi tiada berkata,
ada huruf tetapi tiada berhuruf
dan ada suara, tetapi tidak bersuara.
Di katakan diam, tidak berdiam.
Dikatakan berdiam padahal tidak diam.
AKU disini ialah AL-HAQQU. Jadi akuan orang hawas dengan akuan orang alim/awam adalah berlainan.
Akuan orang awam/alim masih konselit. Sedang akuan orang hawas adalah putus hubungan dengan makhluk. Tidak ada duanya lagi, atau siriknya lagi, atau tidak ada berbau makhluk lagi. Ia:
satu rahasia dengan Tuhan.
satu dengan seluruh alam.
satu dengan seluruh perikemanusiaan.
Satu ujud,
satu nyawa,
satu rasa,
satu rahasia,
satu zat,
satu sifat,
satu asma,
satu perbuatan,
satu iradat,
satu kekuasaan,
satu undang-undang.
dan satu keputusan.
Dalam tingkat ini tidak ada lagi
dua kata.
dua bagian,
dua zat,
dua sifat,
dua perbuatan.
Semuanya terlingkup dalam
satu kata,
satu maksud
dan satu tujuan.
Pokoknya serba satu, bukan serba dua.
Apabila masih merasa ada
dua ujud,
dua perbuatan.
dua bagian.
dua pandangan,
maka nyatalah ia masih terhijab.
Orang yang benar-benar ma’rifat kepada Tuhannya, ia
tidak mengadakan selain dirinya.
Tidak mengadakan perbuatan lain, selain perbuatan dirinya,
tidak ada pandangan lain, selain pandangan dirinya sendiri.
tidak mendatangkan pembela dari langit, atau pengampunan dari luar dirinya, ia hadapi semua itu dengan apa yang ada pada dirinya. Ia telah merasa bahwa AL-HAQ ada padanya. AL-HAQ itulah dirinya. Dan AL-HAQ itulah jaminannya. Semua orang menghadap Tuhan, membawa jaminan pahala dan kebajikan. Yaitu
amal sembahyang dan
amal puasa dan seluruhnya,
amal-amal kebaikan dengan anggota tubuh. Tetapi orang yang berada pada maqam Tuhan semata itu jaminannya tak ada apa-apa. Hanya AL-HAQ jaminannya. Hanya Allah-lah yang menutupi kekurangan kekurangannya. Sebenarnya tidak ada kekurangan-kekurangannya, atau tidak ada kelebihannya, hanyalah itu kata-kata mutiara saja. Lapang dan sempit ada pada Tuhan. Tetapi bagi orang hawas,
semuanya lapang.
Semuanya nikmat
dan semuanya Rahmat.
Dunia ini sorga pertama bagi orang buta mata hati, dan akhirat neraka yang kedua. Sorga itu rasa menikmati ridhanya. Neraka itu puncak kegelisahan merasai murkanya. Sorga dan neraka itu lebih dekat kepadamu, dari pada kamu pergi kesana.
Baiklah aku nyatakan dengan jelas:
sorga itu karena marifat.
Neraka itu karena terhijab. Soal yang lainnya hanya soal yang kedua saja, atau tidak ada soal sama sekali, yang penting kamu telah suci dari perbuatan selain perbuatan Allah, artinya bersih dari perbuatan sirik. Karena sirik itu ada dua rupa.
Rupa pertama berupa sirik samar,
Rupa yang kedua berupa syirik yang nampak.
Sirik yang halus atau samar anda sudah mengetahuinya Dan sidik yang nampak atau yang terang-terangan seperti di bawah ini :
1. Mengadakan sajian atau memberi makanan kepada makhluk halus kartena takut disakiti, atau supaya ia bisa menyembuhkan.
2. Kedua imannya kosong kepada Tuhan, iblis dan syaitan selalu di adakan
3. Karena syaitan selalu diadakan, maka jelaslah dirinya merupakan syaiton, maka tak segan-segan memberi syaiton.
4. Selama kawan nafsu shaiton belum lenyap dari pandangannya selama itu pula ia sirik kepada Tuhan.
5. Tobat sirik itu tidak ada, kecuali ma’rifat kepada Tuhan
6. Menyembah sesuatu yang bukan Tuhan 7. Karena masih ada sirik yang kasar atau sirik durhaka kepada Allah untuk selamanya. Dan tidak ada ampunannya atau tobatnya kecuali kembali kejalan yang di ridhai.
8. Jalan yang di ridhai ialah ma’rifat.
Inilah suatu peringatan bagi orang yang sempurna akal, tak guna ilmu setinggi langit kalau masih ada berbau sirik. Biar amal seperti sebesar jarah atau sebesar debu, asal diri bersih dari sirik. Biar nungging sampai kelangit namun sirik bagaikan bukit. Jadi yang utama di sini adalah untuk diri sendiri. Jangan bingung kepada pendapat orang lain. Celaan dan makian itu soal biasa saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar