kajian kitab barencong (datu sanggul)
Tidak akan di ucapkan kalimat AKU : melainkan oleh orang yang lalai dari allah dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat. Tidaklah semuanya benar bagi orang yang berAKU-AKU.
Engkau berani mengatakan AKU ; sedang engkau masih terhijab / terdidinding dari padaku. Pesona dunia ini masih mencekam dirimu, masing-masing akan menyambar dirimu dengan seruan kepada zat dirimu (allah). engkau saja masih di dalam kegaiban yang kelam dari aku. Maka apa bila engkau telah melihat AKU; dan akupun telah nyata di hadapanmu, maka tetapkanlah keteguhanmu, yaitu tiada Aku lagi, melainkan aku, kecuali Telah ku ciptakan atau ku adakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan yaitu:
CINTAMU KEPADA DIRIMU SENDIRI.
Itulah tetesan waham atau kalimat yang engkau warisi. Kata-kata Aku (sebagai mahluk) adalah egomu sendiri padahal Aku yang sebenarnya lepas diri dari anggapan yang seperti itu (aku yang harus kau sebut bukan akumu sebagai mahluk)
Dan tidak lain ZAT itu, melainkan kepunyaanku jua. Dan tidak lain AKU itu, kecuali hanya untukmu semata.
Akulah yang dia itu, dan adapun hakikatmu itu bukanlah persoalan. Hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat waham atau dugaan saja (menyangka-nyaangka).
Hal ini di sebabkan karena caramu berfikir dan pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan. Engkau dalam setiap saat terbagi kepada menyaksikan dan di saksikan, Dua menjadi satu dalam bentuk perjodohan. Jiwa yang mencapai dan persoalan yang di capai. Adapun hakikatnya sendiri tersembunyi jauh di balik perjodohan itu, meninggi di atasnya, jauh dari segala itu semuanya. Sekarang engkau bukan lagi ZAT dan perjodohan; tetapi engkau hanyalah RUH dari KU, tiada nisbah bagimu melainkan padaku. Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, kecuali di kala terangkat dari mu tirai penutup dan engkau memandangku ketika itulah engkau telah lenyap dari dirimu yang berjodoh yang bersifat serba duga/waham (sangka-sangka).
Dirimu yang sebenarnya yang bukan ZAT dan bukan pula dari persoalan. Tetapi hanya engkau semurni-murninya RUH yang tidak terbagi-bagi atau JAUHAR, meninggi tidak nisbah melainkan kepadaku. Maka engkau jangan lagi mengulangi mengatakan AKU. Melainkan engkau mengatakan “ENGKAU TUHANKU” Akumu itu adalah rahasiaku jua adanya. Sebab telah engkau ketahui, bahwa AKU adalah untukmu semata. Dan sekarang engkau adalah hambaku, Hai hambaku. Jika engkau sudah melihatku, maka tiada lagi engkau dan apabila engkau telah tiada, maka tiada lupa ada tuntutan dan apabila tiada tuntutan hilanglah sebab, dan bila sebab telah lenyap tiada lagi nisbah, sampai di sini sirnalah hijab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar