jika di tanya bagaimana caranya kita sebagai sufi meyikapi harta tahta pria atau wanita?
maka jawabanya adalah:
jangan harapkan, jangan inginkan, jangan cari semua itu.
bahkan di dalam tiory permainan seperi olaragapun para mentor sering menasehatkan:
"jangan inginkan kemenangan, jangan cari kemenangan, tapi lakukanlah yang terbaik sebisamu, semampumu"
itu supaya para atlitnya terbebas dari beban, karna bertanding dengan membawa keinginan menang akan menjadi beban batin saat sekor mendekati kekalahan. tapi jika tidak mencari kemenangan maka atlit tetrbabas dari beban, sehingga dia bertanding murni sesuai keadaan, dia menang karna keadaannya mendukung, dan jika kalah pun karna keadaanya tidak mendukung.
itulah sering kita lihat para atlit kita hususnya sepak bola kebanyakan mereka akan mengalami down mental saat tertinggal banyak skor, itu karna mereka mencari kemenangan, tapi karna skor sudah tertinggal jauh maka menurut mereka tidak mungkin lagi menang, padahal jika mereka tidak mencari kemenangan dan melakukan yang terbaik bisa saja mereka menyusul skor musuh bahkan melebihinya dan akhirnya mereka yang menang.
itulah makna:
"wahai dunia ladeni (permainkanlah) mereka yang mencintaimu"
sehingga dunia bersifat seperti bayang bayang, jika di kejar mereka lari dan jika kita tidak mengejarnya maka mereka yang menghampiri.
begitu juga dengan kehidupan sehari hari kita.
berkerjalah serajin, sebaik, dan secerdas mungkin karna allah, sebab jika sudah seperti itu maka harta tahta pria atau wanita itu walau tanpa di cari, di inginkan, di harapkan mereka akan tetap datang padamu, tapi jika saja mereka tidak datang padamu maka kau tidak akan stress, tidak akan kecewa, karna memang kau tidak mencari semua itu, karna semua usahamu hanya semata kau lakukan untuk mengabdi pada allah tanpa mengharap imbalan apapun dari NYA.
dengan seperti itu maka jika kau berhasil maka kau juga akan tetap bersama allah (semagai kekasih allah) tapi jika kau gagal maka allah akan menghiburmu, andai saja kau telah sampai pada makom di mana kau bisa mendengar kalamullah padamu mugkin kau akan mendengarNYA berkata di saat kau gagal:
"dunia ini hanya sementara, tidak ada artinya, dan akulah yang abadi, akulah yang hakiki, maka kebahagian apa lagi yang lebih membahagiakan selain kau bersamaku, mereka yang mendapatkan harta tahta pria / wanita itu, belum tentu selamat, sedangkan kau sudah pasti ku selamatkan karna kau adalah kekasihku".
sekolahlah setinggi mungkin,
berkerjalah serajin mungkin dan secerdas mungkin, tapi tetaplah melajar tasawuf, tetaplah belajar mengenal allah, tetaplah mengabdi padanya, tetaplah tanamkan di dalam benakmu bahwa kau itu bodoh, hina, rendah, kecil, tiada daya upaya, buka apa apa, bukan siapa siapa, tak punya apa apa, tak tahu apa apa, maka dengan seperti itu jika kau berhasil maka kau akan merasa di berhasilkan, kau tidak akan sombong, tapi kau justru bersyukur dan memanfaatkan rizki, dan jabatan itu untuk membatu para umat manusia yang lainya sekalipun mereka kafir (tapi dalam hal ini kau harus tau bagaimana caranya bergaul dengan orang kafir atau dengan orang yang belum mengenal allah), tapi jika kau gagal maka kau akan tau bahwa memang dunia ini memang hanya sebatas tempat persinggahan sementara.
susah senang
kaya miskin
punya jabatan ataupun jelata
semuanya sama saja, bahkan jika kita mengetahui rahsianya maka kita akan lebih memilih hidup miskin, tanpa jabata, dan tanpa menikah, sebab dengan seperti itu kita tidak perlu bertanggung jawab di hadapan allah kelak di akhirat, tapi jika memang di dunia ini allah menitipkan kepada kita harta, tahta, jabatan, pasangan, anak, maka kita harus menerimanya dengan baik. singkatnya di kayakan ataupun di miskinkan, di beri jabatan ataupun di kelatakan, di nikahkan ataupun tidak di nikahkan oleh allah maka semua itu terimah saja, jika di berikan syukuri jika tidak di berikanpun syukuri, karna jika di berikan maka kita bisa membantu keluarga tetangga dan lainya sebagai pengabdian kepada allah, tapi jika tidak di berikan maka kita terbebas dari tanggung jawab di akhirat kelak.
jika kau menghayati semua ini maka benakmu akan terasa ringan, sebagaimana hadis rosul:
"aku dan para sahabat ku adalah orang yang di bebaskan dari beban"
karna memang tanpa beban lagi, apapun yang di di beri kita terimah, dan apapun ayang tidak allah berikan pun kita menerimah keputusan allah itu dengan bahagia, sebab kita tau bahwa segala sesuatu itu ada tanggung jawabnya.
sufi tidak melulu miskin, tapi sufi juga tidak selalu kaya,
sufi tidak melulu jelata, tapi sufi juga tidak selalu punya jabatan,
sufi tidak melulu menika, tapi sufi juga tidak selalu sendiri (tidak nika)
mereka tidak mencari semua itu,
mereka juga tidak menghindari semua itu, sebab mencari ataupun menghindari yang selain allah sama saja yaitu sama sama masi syirik. sufi hanya melihat allah, menerimah dan menghargai ketetapan allah untuk dirinya, sehingga semua ketetapan tuhan mereka terimah dengan senang hati, tidak ada peristiwa yang indah ataupun yang suram, tidak ada pengalaman yang manis dan yang pahit, karna bagi mereka allahlah yang terindah, allahlah yang termanis. pernakah kau berjumpa waliullah mengorbankan dirinya demi orang banyak, melepaskan dunia yang hampir di capainya demi allah, tapi mereka tetap tampak anggun, berwubawa, padahal dalam pemahaman orang awam itu adalah tindakan bodoh, itu semua karna mereka hanya menginginkan allah, menganggap dunia tidak ada artinya, dan berakhlak mulia kepada siapapun. dan tidak memperdulikan apakah orang awam akan senang atau membencinya walau dia selalu bersikap baik, sopan santun, dan suka membantuh siapapun, karna baginya segala sesuatu adalah allah, sebab memang allahlah zat wajibul wujud (hakikat dari segala mahluk)
semoga kita lebih mengerti di dalam menyikapi dunia ini, dan hanya pokus melihat dan mengabdikan diri pada allah semata yang jika di lihat secara zohir maka akan sangat tipis sekali bedanya bahkan tampak seperti tidak ada bedanya.
antara si pemalas dengan waliullah yang mengabdikan dirinya kepada allah dengan cara memperbanyak ibada ritual seperi solat zikir dan puasa itu tampak sama di mata orang awam, yaitu jarang berkerja (jika dia pekerja kasar seperti buru atau kuli).
antara yang suka melamun dengan yang suka bertafakur dan itu akan sama di mata orang awam, yaitu sering tertegun.
antara yang menyembah harta dengan waliulah yang mengabdikan dirinya dengan berkerja akan sama di mata orang awam yaitu seperti sama sama gila harta.
tapi semua itu jelas berbeda dari sisi batinianya, keilmuanya, dan niatnya. bagian itulah yang tidak dapat di lihat oleh orang awam yang tidak paham tasawuf, karna mereka hanya melihat zohir dan rupa luar, sebab memang hati mereka sedang tertidur, dan ada yang sedang mengidap penyakit hati seperti ria ujub sombong dan lain lain, dan bahkan ada yang hatinya telah mati sehingga seperti mustahil untuk bisa di perbaiki seperti abu jahal, abu lahab, piraun dan lain lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar