AQABAH 2.TAUBAT
Terjemahan kitab minhahul ambidin (imam gazhali)
Wajib bagi kita, orang-orang yang menjalankan ibadah, melakukan taubat.
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya. Sebab diwajibkannya taubat ada
dua hal:
Pertama: agar kita taat. Sebab, perbuatan dosa menghalangi taat yang akan
menghilangkan ketauhidan, menghalangi berkhidmat kepada Allah, dan
menghalangi kita untuk berbuat kebaikan.
Terus-menerus berbuat dosa membuat hati menjadi hitam, kelam, dan keras.
Tidak ada kebersihan dan kejernihan, tidak akan ikhlas dan senang dalam beribadah.
Jika Allah tidak memberikan rahmat, maka hati yang demikian itu akan menjerumuskan ke dalam kekufuran dan kecelakaan.
Sungguh aneh! bagaimana seseorang akan taat, sedangkan hatinya keras.
Bagaimana akan berkhidmat jika terus-menerus berbuat maksiat dan sombong.
Bagaimana akan menghadap Allah, jika ia selalu berlumuran dengan kotor dan
najis!?
Tersebut dalam hadits Nabi, "Bilamana seseorang berdusta, maka
menyingkirlah dua malaikat. Mereka tidak tahan akan bau ucapan dusta yang
keluar dari mulutnya." Jika demikian, bagaimana lisan seperti itu dapat berdzikir
kepada Allah 'Azza Wajalla.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika seseorang yang selalu berbuat
maksiat tidak akan mendapatkan taufik. Sehingga, anggota badannya merasa berat
untuk menjalankan, ibadah kepada Allah. Jika kebetulan menjalankannya, ia
merasakan kepayahan, tidak dengan perasaan senang dan ikhlas. Hal itu disebabkan
dosanya dan meninggalkan taubat.
Benar jika ada yang mengatakan, jika tidak mampu mengerjakan shalat malam
dan puasa, menandakan bahwa ia terbelenggu oleh dosanya.
Kedua: agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Karena, taubat merupakan
inti dan dasar untuk diterimanya ibadah, dan kedudukan ibadah seolah-olah hanya
sebagai tambahan. Ibarat orang yang memberikan pinjaman, ia tidak akan mau
menerima bunganya, jika pokoknya tidak dipenuhi. Jadi, bagaimana mungkin
kebaikan kita akan diterima jika pokoknya tidak kita kerjakan?! Bagaimana akan
menjadi baik bila kita meninggalkan yang halal dan yang mubah, serta tidak hentihentinya mengerjakan yang haram. Bagaimana akan menjadi baik jika kita ber-
munajat dan berdoa serta memuji Tuhan, sedangkan Tuhan murka kepada kita
dikarenakan kita selalu mengerjakan sesuatu yang menjadikan Allah murka.
Demikianlah keadaan orang yang enggan meninggalkan perbuatan maksiat. Semoga
Allah memberikan pertolongan kepada kita dalam bertaubat.
Makna taubat, batasan-batasannya, dan hal-hal yang harus dikerjakan agar
bersih dari segala dosa, adalah membersihkan hati dari segala dosa.
Guru kami pernah mengatakan, taubat adalah meninggalkan dosa yang telah
diperbuat dan dosa-dosa yang sederajat dengan itu, dengan mengagungkan Allah
dan takut akan murka Allah.
Syarat taubat ada empat:
1. Meninggalkan dosa dengan sekuat hati dan niat. Berarti, tidak akan mengulang
kembali sama sekali perbuatanperbuatan dosa yang pernah dilakukan.
Jika terdapat Kemungkinan pada suatu saat akan mengerjakan kembali, maka
belum dapat dikatakan taubat. Demikian juga jika tidak ada kepastian dalam
niatnya, hatinya raguragu untuk menghentikan perbuatan dosa, menghentikan
dosa hanya untuk sementara, maka belum dapat dikatakan taubat.
2. Menghentikan atau meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dikerjakannya, itu
adalah menjaga, bukan taubat. Contoh, tidak benar jika dikatakan bahwa Nabi
taubat dari kekufuran, sebab Nabi SAW. tidak pernah kufur. Yang tepat, Nabi
menghindari kekufuran. Tetapi terhadap Umar ra., tepat jika dikatakan Sayyidina
Umar ra. taubat dari kekufuran, karena beliau telah meninggalkan perbuatanperbuatan jahiliyah.
3. Perbuatan dosa yang pernah dilakukannya harus setimpal atau seimbang dengan
dosa yang ditinggalkan sekarang. Misalnya, seorang kakek yang dulunya pezina
dan penyamun. Karena sudah tua, ia tidak mampu lagi melakukan perbuatanperbuatan itu, meskipun ia masih ingin melakukannya. Merasa tidak mampu lagi
melakukannya, maka ia bertaubat. Pintu taubat masih terbuka baginya, karena
pintu taubat tertutup setelah seseorang dalam keadaan sekarat.
Jadi, cara ia bertaubat adalah meninggalkan dosa yang setimpal dengan dosa zina
dan menyamun, yakni dosa-dosa, yang meskipun ia sudah tua, namun masih
mampu melakukannya. Misalnya, dosa karena menggunjingkan orang lain,
menuduh orang berbuat zina, mengadu domba, dan sebagainya. Maka, ia harus
meninggalkan dosa-dosa itu dengan niat bertaubat dari berbuat zina dan
menyamun.
4. Meninggalkannya semata-mata untuk mengagungkan Allah SWT., bukan karena
yang lain, tetapi takut mendapatkan murka Allah, serta takut akan hukuman-Nya
yang pedih. Tidak ada maksud keduniaan, tidak takut kepada orang lain, juga
bukan takut dipenjarakan. Jika taubat karena hanya takut dipenjara, berarti .ia
taubat kepada penjara, bukan terhadap Allah.
Jadi, taubat adalah semata-mata takut akan murka Allah, bukan takut
dipenjarakan atau bukan karena tidak mempunyai uang. Tetapi, jika ia punya uang
akan melakukannya lagi, dan sebagainya.
Itulah syarat-syarat taubat dan rukun-rukunnya. Apabila keempat syarat
tersebut berhasil diamalkan sepenuhnya, maka itulah taubat yang sejati dan
sesungguhnya. Dan itulah yang dimaksudkan al-Qur'an dengan taubatan nasuha.
Hakikat taubat dari tiap-tiap dosa, ada sepuluh perbuatan untuk
menyempurnakannya, kecuali jika orang tersebut ahli taubat, disebabkan takut
melakukan dosa yang tidak ia ketahui.
Perbuatan pertama yang harus dilakukan dalam bertaubat adalah, tidak lagi
melakukan dosa tersebut. Selanjutnya, tidak akan menceritakan lagi. Jadi, bukan
hanya berhenti berbuat dosa, akan tetapi menceritakan pun tidak.
Setelah itu, tidak bergaul lagi dengan orang-orang yang menyebabkan dirinya
berbuat dosa. Bahkan, jika perlu mengasingkan diri (pindah) ke daerah lain dengan
maksud menjauhi kawan-kawan yang dahulunya suka mengajak berbuat dosa.
Kemudian, di sana benar-benar taubat dari segala perbuatan dosa. Hal-hal yang
sekiranya dapat menarik dirinya berbuat seperti itu ditinggalkannya sama sekali.
Lantas, ia tidak akan melihat dan menjamah lagi tempat-tempat di mana
dirinya pernah berbuat dosa. Kini, dirinya benar-benar membenci tempat-tempat
yang pernah menjerumuskannya ke jurang kenistaan.
Karena sudah bertaubat, ia tidak mau mendengarkan orang yang sedang
memperbincangkan perbuatan maksiat. Ia pergi menjauhinya atau menutup
kupingnya, sebab kini ia benar-benar membencinya. Kemudian, ia taubat dari
keinginan hati, dan inilah yang paling sulit.
Berarti, hatinya harus tertutup sama sekali. Jika terdapat dorongan untuk
melakukannya, ia mampu menahan. Berarti, ia memperoleh kemenangan, dan inilah
taubat yang paling sempurna.
Kemudian ia taubat dari kelalaian yang terdahulu. Karena taubat yang pertama
dirasa kurang memenuhi persyaratan. Jika dalam taubat yang pertama tidak
sepenuhnya karena Allah, kini ia taubat kembali.
Setelah itu, taubat dari kesombongan karena dapat bertaubat. Sebab, ada
orang yang bangga dengan taubatnya, mengagumi dirinya yang telah bertaubat.
Ibarat pelukis mengagumi lukisannya, mengagungkan hasil karyanya! Ia begitu
bangga dengan taubatnya. Alangkah sempurna taubatku tempo hari. Berarti,
taubatnya tidak didasarkan lillaahi Ta’ala. Dengan demikian, ia harus bertaubat lagi.
Kemudian meng-Esa-kan Allah Ta'ala agar bersih dan benar-benar karena Allah.
MUKADDIMAH TAUBAT
Taubat yang dijalankan tanpa adanya pendahuluan akan terasa berat. Oleh
sebab itu, dalam bertaubat terdapat tiga pendahuluan.
1. Kita menyadari bahwa dosa adalah sesuatu yang amat buruk.
2. Sadar dan ingat akan kerasnya hukuman dan murka Allah. Karena
beratnya, kita tidak akan mampu dan kuat menghadapi hukuman serta
murkanya.
3. Menyadari kelemahan dan kurangnya tenaga kita untuk menahan semua
itu.
Menghadapi teriknya matahari, gigitan semut, tamparan polisi, orang akan
merasa kesakitan. Bagaimana mungkin manusia kuat menahan panasnya api
neraka? Belum lagi siksa dari Malaikat Jabaniyah, gigitan ular yang besarnya tidak
kurang dari leher unta, gigitan kalajengking sebesar kuda binal. Semuanya adalah
ciptaan Allah dari api tempat murka-Nya dan tempat kecelakaan. Na'udzu billah! !
Dengan mengingat semua itu, akan memudahkan kita untuk bertaubat. Akan
tetapi, jika tidak ingat, apalagi jika tidak percaya akan adanya neraka, tidak mungkin
seseorang mau bertaubat. Bahkan, ia akan mengejek orang-orang yang bertaubat.
Hal itu disebabkan lemahnya iman. Padahal, al-Qur'an banyak menceritakan
betapa pedihnya adzab neraka. Jadi, adanya neraka itu sudah jelas, bukan sekadar
omong kosong.
Jika kita selalu mengingat tiga hal di atas, direnungkan siang malam, akhirnya
kita akan terdorong melakukan taubat yang nasuh, taubat yang sebenar-benarnya.
Apabila ada yang bertanya, bukankah Nabi telah bersabda bahwa menyesal
adalah taubat. Dan beliau tidak mengatakan syarat-syaratnya seperti dijelaskan di
atas? Sebab, menyesal tidak bisa dibuat-buat. Sepintas lalu menyesal sangatlah
mudah. Akan tetapi, jika tidak didahului dengan mukaddimah, penyesalan itu hanya
di bibir saja. Sebab, tidak cukup hanya dengan mengatakan "aku menyesal",
melainkan harus keluar dari hati yang tulus, karena penyesalan yang tidak keluar
dan hati, adalah palsu. ..
Jadi jelas, taubat harus didasari dengan mukaddmiah, seperti telah disebutkan
di atas. Sebab, menyesal tidak bisa dibuat-buat. Suatu saat, kita tidak mau menyesal,
akan tetapi tiba-tiba merasa menyesal. Pada saat lain, kita ingin menyesal, namun
penyesalan itu tidak datang juga.
Misalnya, kita memberikan sedekah uang sejumlah satu Juta rupiah, kemudian
menyesal, padahal kita tidak mau menyesal.
Lain halnya dengan taubat. Taubat dapat kita sengaja, dan memang
diperintahkan. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan taubat orang yang menyesali
dosanya. Sebab, dosa menjadikan kedudukannya rendah, atau mengakibatkan
hartanya hilang.
Dengan demikian, arti yang terkandung dari. perkataan menyesal pada hadits
Nabi tidak hanya bisa dipahami dan lahirnya, karena arti yang dimaksudkan adalah
menye.sal karena mengagungkan Allah SWT., takut akan siksa-Nya, sehingga
mendorong kita bertaubat dengan sebenar-benar taubat.
Yang demikian itulah perbuatan dan Sifat para ahli taubat, yang bila teringat
ketiga mukaddimah ia merasa menyesal, dan penyesalannya itu mendorong untuk
meomggalkan perbuatan dosa selama-lamanya. Kemudian, perasaan Itu
memmbulkan pula dorongan baginya untuk bermohon dengan merendahkan diri,
serta mengagungkan Tuhannya.
Penyesalan seperti itulah yang dimaksudkan dengan taubat dalam hadits Nabi.
Camkan dan amalkan, Insya Allah kita akan mendapatkan taufik-Nya.
Kemudian, bagaimana mungkin seseorang menjaga dirinya agar tidak berdosa
sama sekali. Hal itu adalah mungkin, tidak mustahil. Sebab. tidak sulit bagi Allah
memberikan rahmatNya kepada yang dikehendaki-Nya.
Selanjutnya, sebagian syarat taubat adalah meninggalkan perbuatan dosa.
Akan tetapi, jika masih terjadi dengan tidak disengaja, dikarenakan lupa atau
kesalahan, Allah akan mengampuriinya. Yang demikian itu mudah saja bagi orang
yang mendapatkan taufik dari Allah, untuk bisa bersih dari sifat lupa dan salah.
Jika ketika hendak bertaubat merasakan adanya kemungkinan untuk berbuat
dosa, sehingga taubatnya tidak bermanfaat, sesungguhnya hal itu adalah tipu daya
setan. Sebab, jika kita mengetahui akan berbuat dosa kembali setelah bertaubat,
padahal ada kemungkinan setelah bertaubat kita akan dipanggil ke rahmatullah,
yakni sebelum kembali berbuat dosa. Dengan demikian matinya dalam keadaan
bahagia, bebas dan bersih dari dosa, yakni mati dalam keadaan husnul khatimah.
Namun, jika seseorang takut kembali berbuat dosa, haruslah mempunyai tekad
yang pasti dan niat yang kokoh, bahwa dirinya benar-benar takut kembali berbuat
dosa. Mudah bagi Allah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya untuk
menyempurnakan niat itu, sehingga dirinya tetap dalam keadaan taubat dan tidak
kembali berbuat dosa. Dan dosa-dosanya yang dulu telah diampuni oleh Allah SWT.
Dengan mengingat bahwa ampunan dan pembersihan dosadosa itu adalah
suatu keuntungan dan faedah yang amat besar bagi kita, maka hal itu merupakan
alat guna menghilangkan perasaan takut kembali melakukan perbuatan dosa, dan
melanjutkan niat untuk bertaubat. Sesungguhnya Allah Mahakuasa, Maha Pemberi,
Maha Pemurah untuk menunjukkan jalan yang benar.
Sedangkan dosa itu sendiri terbagi atas tiga bagian:
1. Dosa karena meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh Allah. Seperti
meninggalkan shalat. Atau, jika mau mengerjakan dengan mengenakan
pakaian najis, dan dengan niat yang tidak benar. Meninggalkan puasa,
meninggalkan zakat, dan lain sebagainya. Jalan keluarnya adalah secara
berangsur-angsur membayarnya sebanyak dan sekuat mungkin dari yang
telah ditinggalkan.
2. Dosa antara kita dengan Allah. Seperti minum-minuman keras, memukul
tabuhan yang membuat kita lupa kepada Allah, makan riba dan
sebagainya.
Jalan keluarnya adalah, setelah kita melakukannya, kemudian menyesali
dan berniat dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulang kembali
untuk selama-lamanya. Kemudian mengerjakan kebaikan yang setimpal
dengan dosa-dosa yang telah diperbuat, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW.:
Bertakwalah kamu dalam keadaan bagaimanapun. Dan iringilah
kejahatan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan
menghapuskannya, dan gaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (H.
R. Turmudzi).
Firman Allah dalam al-Qur'an:
.... Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk ... (Hud.
114).
Karenanya, hapuslah dosa minum arak dengan mensidkah-kan minuman
halal yang lebih baik. Dan tertebus dosa karena sering mendengarkan bacaan
ayat-ayat alQur'an, atau mendengarkan berbagai ilmu pada tiap-tiap majlis
dzikir dan ilmu. Jika seseorang pernah duduk di dalam masjid, padahal ia
sedang junub, tebuslah dengan i'tikat sambil memperbanyak ibadah. Dan jika
pernah memakan riba, tebuslah dengan memperbanyak sedekah berupa
makanan yang halal.
Demikian seterusnya, meskipun menghitung-hitung dosa itu tidak akan
pernah tepat. Namun, ini adalah suatu cara untuk mengimbanginya. Ibarat
mengobati penyakit panas dengan obat yang dapat membuatnya dingin, agar
terwujud keseimbangan yang diperlukan. Demikian pula jika hati menjadi hitam
karena dosa, tidak akan ada yang menghapuskannya selain cahaya yang
memancarkan dari pekerjaan taat. Selain itu, raja dan percaya kepada Allah
sangatlah penting. Begitulah kedudukan dosa seorang hamba terhadap Allah.
3. Dosa antar sesama. Hal itu yang paling sukar dan berat, sebab hal itu
timbul dari lima perkara:
1) Menyangkut urusan harta.
2) Masalah pribadi.
3) Masalah perasaan.
4) Masalah kehormatan.
5) Masalah agama.
Dosa yang timbul dari masalah harta, seperti mengghashab atau khianat,
memalsukan barang, mengurangi takaran, memeras buruh, dan lain sebagainya.
Untuk membersihkan dosa-dosa tersebut, wajib mengembalikan hakhak itu kepada
masing-masing pihak yang telah dirugikan. Jika tidak mampu, karena fakir, wajib
baginya meminta agar dihalalkan dari orang-orang yang bersangkutan. Dan jika ini
pun tidak bisa dilakukan karena yang bersangkutan telah meninggal dunia misalnya,
hendaknya sebanyakbanyaknya melakukan sedekah. Jika hal ini pun tidak mampu
dilakukan, perbanyaklah melakukan kebaikan, sehingga dalam perhitungan di
akhirat nanti kebaikannya cukup memadai untuk menggantikan hak-hak yang
bersangkutan.
Itulah jalan yang harus ditempuh oleh setiap individu yang bertaubat guna
mengembalikan hak-hak orang yang dizhalimi. Kemudian, bermohonlah dengan
kerendahan hati, lahir dan batin, semoga Allah menjadikan yang bersangkutan
meridhainya pada hari kiamat.
Sedangkan dosa yang ditimbulkan karena berbuat zhalim terhadap orang lain,
seperti membunuh, memfitnah, hendaknya kamu memberikan kesempatan kepada
walmya untuk membalas atau memaafkannya. Jika hal itu tidak dapat dilaksanakan,
kembalilah kepada Allah. dan mohon dengan ikhlas agar yang bersangkutan
meridhaimu pada hari kiamat.
Adapun berbuat zhalim terhadap perasaan orang lain, seperti mengumpat,
menggunjing, menuduh, atau memaki, hendaknya kamu memberitahtrkan kepada
orang yang mendengarkan, bahwa sesungguhnya telah berbohong. Setelah itu
mintalah maaf kepada orang yang telah dirugikan. Tetapi, jika hal itu tidak dapat
dilakukan karena khawatir yang bersangkutan akan marah, atau akan merumbulkan
fitnah, maka bermohonlah kepada Allah agar yang bersangkutan meridhaimu.
Setelah itu, berbuatlah kebaikan sebanyak-banyaknya sebagai pengganti atas sakit
hatinya, dan perbanyaklah membaca istighfar untuk yang bersangkutan.
Sedangkan zhalim karena melanggar kehormatan orang lain, seperti
mengkhianati kehormatannya atau anak istri dan kerabatnya, tidak ada jalan lain
kecuali minta maaf kepada yang bersangkutan. Sebab, hal Itu akan menmibulkan
fitnah dan kemarahan yang sangat. Satu-satunya Jalan adalah mohon kepada Allah
agar yang bersangkutan meridhaimu, dan agar memberikan kebaikan yang setimpal
dengan kerugiannya. Akan tetapi, sekiranya aman dan fitnah, meminta maaf kepada
yang bersangkutan adalah lebih utama.
Adapun zhalim dalam urusan agama, seperti mengkufurkan orang lain, membid'ah-kannya, atau menuduhnya sesat, penyelesaiannya cukup sulit. Sebab, yang
bersangkutan harus mengakui kebohongannya, kemudian meminta maaf jika hal itu
mungkin dilakukan. Tetapi jika tindakan itu tidak mungkin dilakukan, bermohonlah
dengan ikhlas kepada Allah agar yang bersangkutan memaafkanmu.
Dalam masalah ini, apabila kamu dapat meminta maaf kepada yang
bersangkutan, lakukanlah. Akan tetapi, jika tidak mungkin, mintalah kepada
Allah dengan merendahkan diri, serta memperbanyak sedekah kepada orang
fakir dengan harta yang halal, agar Allah menjadikan yang bersangkutan
memaafkanmu.
Sesungguhnya, keadaan yang demikian itu karena kehendak Allah, yakni
pada hari kiamat. Dengan mengharapkan karunia-Nya yang agung serta ihsanNya yang adil, mudah-mudahan akan diketahui kebenaran hati hambaNya, agar
Allah menjadikan yang bersangkutan ikhlas menerima segala karunia-Nya yang
telah dilimpahkan kepada orang-orang Mu'min dalam menolak kezhaliman,
seperti telah diriwayatkan oleh Sayyidina Anas ra.
"Pada suatu hari, kami melihat Rasulullah SAW. sedang duduk. Kemudian
beliau tertawa gembira sekali. Maka, Sayyidina Umar ra. bertanya,
'Mengapa Rasulullah tertawa?' Jawab Rasulullah, 'Ada dua orang umatku
menghitung-· hitung haknya. Yang seorang berkata, ya Allah berikanlah
kepadaku hakku yang dizhalimi oleh saudaraku ini'. Maka, Allah SWT.
berfirman, 'Berikanlah haknya yang telah engkau zhalirni itu.' Kata yang
dituntut, 'Ya Rabbi, kebaikan ku telah habis, maka tidak ada lagi untuk
membayar kepada saudaraku ini. Yang menuntut menjawab, jika demikian
dia harus menanggung dosa-dosaku sebagai gantinya.' Sambil meneteskan
air mata, Rasulullah SAW. melanjutkan ceritanya, 'Kemudian Allah
berfirman, 'Angkatlah kepalamu dan lihatlah surga.'
Setelah melihatnya, si penuntut berkata, 'Ya Rabbi, aku telah melihat kotakota yang berlantaikan perak, gedung-gedung indah terbuat dari emas dan
bertahtakan ratna mutu manikam yang elok. Apakah semua itu untuk Nabi, atau
untuk yang mati syahid?' Allah berfirman, 'Engkau pun dapat membayarnya, yaitu
dengan mengampuni saudaramu yang telah men-zhalimimu.' Jawab si penuntut,
'Jika demikian, maka sekarang juga saya memaafkannya Ya Rabbi.' Allah
berfirman, 'Tuntunlah tangannya dan masuklah kalian ke dalam surga.'
Kemudian Rasulullah SAW. bersabda, 'Bertakwalah kamu dan tuluslah di
antara kamu, sebab Allah menyukai ketulusan dan kerukunan di antara kaum
Mu'minin."
Imam Ghazali berkata, "Ini suatu peringatan bahwa kebahagiaan hanya bisa
didapat oleh orang yang berakhlak, yaitu akhlak yang diridhai Allah. Di
antaranya, rukun antarsesama, dengan mudah memberikan maaf... kepada
orang lain dan sesamanya. "
Untuk itu, ketahui dan perhatikanlah percakapan di atas, dan penuhilah
haknya. Mudah-mudahan, kita mendapat petunjuk dari Allah.
Selanjutnya, bila seseorang telah mampu mengamalkannya segala yang
telah kami sebutkan di atas, dan hati telah bersih dari keinginan melakukan
perbuatan dosa, berarti ia telah bersih dari dosa-dosa itu.
Namun, jika semua hal telah dilaksanakan, tetapi belum menunaikan
kewajiban yang selama ini ditinggalkan, seperti shalat, puasa, dan sebagainya,
serta belum mengembalikan hak orang yang dizhalimi, maka hak-hak itu tetap
menjadi tanggungannya, dan ia harus membayarnya. Sedangkan dosadosa
selain itu, Allah telah mengampuni dengan taubat.
Memang, penjelasan mengenai taubat ini cukup panjang.
Kitab Minhajul 'Abidin yang ringkas ini tidak akan cukup memuat semua
keterangannya. Jika pembaca mengingiRkan uraian panjang lebar, bacalah Bab
Taubat yang telah kami jelaskan dalam buku lbya' Ulumuddin, al-Qurbab, dan
Kitab al-Gbayatul Quswa. Insya Allah, pembaca akan menemukan faedah yang
lebih besar dan keterangan-keterangan yang cukup jelas mengenai masalah
taubat.
Namun kami sayangkan, kitab-kitab itu kini tidak mudah kita dapatkan.
Padahal, kitab karangan Imam Ghazali tidak kurang dari tiga ratus judul. Tetapi
yang bisa kita dapatkan saat ini hanya tidak lebih dari duapuluh buah.
Sedangkan yang kami muat dalam buku ini hanyalah berupa pokok-pokoknya
yang wajib kita ketahui. Dan kepada Allah-lah kita mohon pertolongan.
Selanjutnya, perlu diketahui bahwa tahapan taubat merupakan tahapan yang
sulit, mengingat masalahnya sangat penting, serta bahayanya pun besar.
Imam Ghazali pernah mendengar ucapan seorang ulama yang tinggi ilmunya
serta mengamalkannya, yakni al-Ustadz Abu Ishaq al-Asfarayani. Beliau berkata,
"Aku telah berdoa selama tigapuluh tahun agar Allah melimpahkan taufik taubat
nasuha, hingga aku merasa keheranan. Subhanallah, suatu hajat yang telah aku
minta selama tigapuluh tahun hingga sekarang belum juga diberi. Kemudian aku
merasa seolah-olah dalam keadaan mimpi, dan aku mendengar perkataan ini, 'Ya
Abu Ishaq, herankah engkau tentang hal itu. Tahukah engkau, perrnohonanmu itu
adalah agar Allah mencintaimu. Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah sangat
mencintai orang yang bertaubat dan bersih kelakuannya. Apakah engkau mengira
bila seseorang ingin disukai merupakan pekerjaan mudah. Lihatlah akan ketekunan
dan perhatian para Imam dalam memperbaiki hatinya, dan mereka bersiap-siap
menyediakan bekal untuk akhirat. "
Sedangkan bahaya yang ditakutkan dengan mengakhirkan taubat adalah,
karena dosa, pada mulanya membuat hati menjadi keras, yang akhirnya membawa
dalam kecelakaan. Na'udzu billah. Oleh sebab itu, janganlah kita melupakan kisah
iblis yang dahulunya mempunyai kedudukan baik, ahli ilmu dan ibadah, tetapi
karena dosanya, akhirnya ia jatuh dalam keadaan yang sangat hina dan kufur.
Demikian pula yang dialami oleh Bal'am bin Ba'ura yang tergoda oleh harta benda
karena disuruh mendoakan agar Nabi Musa celaka, sehingga ia merugi dan celaka
untuk selama-lamanya.
Kita harus sadar dan bersungguh-sungguh dalam beramal. Mudah-mudahan
kita dapat melepaskan akar-akar israr yang bersarang di dalam hati, dan dapat
membersihkan diri dari segala dosa. Dan jangan sekali-kali merasa aman dari
kerasnya hati yang disebabkan oleh dosa-dosa itu. Kemudian, merenunglah tentang
keadaan diri kita. Jika merasa terdapat dosa, segeralah bertaubat, dan jika selamat
dari dosa, bersyukurlah kepada Allah dengan mengerjakan taat.
Sebagian orang saleh mengatakan bahwa hitamnya hati disebabkan karena
mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. Adapun tanda hitamnya hati seseorang
adalah, tidak takut dan terkejut mengerjakan perbuatan berdosa, serta tidak
merasakan manisnya mengerjakan taat, dan kebal nasihat.
Janganlah meremehkan dosa, sehingga menganggap diri kita sudah bertaubat.
Padahal, sesungguhnya terus menerus mengerjakan perbuatan dosa besar
dikarenakan memandang kecil dosa tersebut.
Kahmas bin Hasan pernah berkata, "Aku pernah melakukan satu dosa, lalu
menyesal dan menangis selama empat puluh tahun." Orang bertanya, "Apa dosamu
itu ya Abu Kahmas?" Jawabnya, "Pada suatu hari aku kedatangan seorang tamu, lalu
aku membeli ikan goreng untuk menjamunya. Setelah tamu itu selesai makan, untuk
membersihkan aku ambilkan segumpal tanah milik tetanggaku tanpa seizin
empunya."
Cobalah kita merenungkan keadaan diri masing-masing Instrospeksi sebelum
dihitung pada hari klamat, dan segeralah bertaubat sebelum ajal menjemput. Sebab,
ajal tidak akan kita ketahui kedatangannya, sedangkan dunia Ini hanyalah tipuan.
Nafsu, dan setan adalah dua musuh kita, rendahkan hati dan mohonlah kepada
Allah.
Kita masih ingat kisah Nabi Adam. Ia diciptakan oleh Allah dan diberi ruh,
kemudian diangkat oleh malaikat ke dalam surga. Tetapi, hanya sekali berbuat
kesalahan yang tidak disengaja menyebabkan beliau diturunkan ke dunia. Dan Allah
berfirman kepada Adam, "Hai Adam, Aku ini tetangga macam apa bagimu?"
Jawab Adam, "Tetangga yang paling baik bagiku!" Allah berfirman, "Ya Adam,
keluarlah engkau sekarang juga dari ketetanggaan-Ku, dan tanggalkan dari
kepalamu mahkota kemuliaan dari-Ku. Sebab, orang yang melanggar larangan-Ku
tidak berhak menjadi tetangga-Ku."
Menurut sebuah riwayat, setelah itu Nabi Adam menangis sampai duaratus
tahun lamanya. Hingga Allah menerima taubatnya dan Allah mengampuni
kesalahannya yang hanya sekali itu, yakni memakan buah yang dilarang karena
bujukan iblis.
Begitulah sikap Allah terhadap Nabi dan pilihan-Nya. Bagaimana halnya
dengan orang biasa yang bukan Nabi, dan mempunyai dosa yang tidak terhitung
banyaknya dan tidak mau bertaubat?
Demikianlah permohonan orang yang bertaubat dan menjerit dalam
hatinya seperti Nabi Adam. Maka, bagaimana keadaan orang yang terus
menerus berbuat dosa dan tidak bertaubat serta sesat?
Sungguh indah sya 'ir di bawah ini:
Orang yang bertaubat merasa khawatir akan dirinya. Bagaimana
dengan orang yang enggan bertaubat?
Jika seseorang telah bertaubat, kemudian kembali melakukan perbuatan
dosa - karena setan akan terus dan terus menggoda, terutama kepada orangorang yang telah bertaubat. Setan sangat membenci dan akan selalu menggoda
agar kembali berbuat dosa - jika hal itu terjadi, segeralah bertaubat kembali
serta berkatalah dalam hati, semoga dirimu mati sebelum kembali berbuat dosa.
Demikainlah seterusnya hingga ketiga atau keempat kalinya.
Sebagaimana kita sering berbuat dosa, maka harus sering pula bertaubat.
Dan keinginan atau niat bertaubat itu jangan sampai lebih lemah dari keinginan
atau niat melakukan dosa. Jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat dan
ampunan Tuhan.
Selain itu, jangan mudah dihalangi setan untuk bertaubat dan berdosa
kembali. Sebab, seringnya melakukan taubat merupakan pertanda baik.
Rasulullah SAW. bersabda:
Yang baik di antara kamu adalah yang sering tergoda tetapi
selalu bertaubat, selalu kembali kepada Allah dengan perasaan
menyesal atas dosanya dan dengan disertai istighfar.
Firman Allah Ta'ala:
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya
dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada. Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagt Maha Penyayang. (an-Nisa':
110).
Hal itu adalah yang terpenting, dan pada. Allah jua taufiknya.
Kesimpulan: Jika seseorang mulai bertaubat, buang dosa-dosa itu dari
hatinya, dan kuatkanlah mat dalam hati untuk tidak akan kembali mengerjakan
perbuatan dosa, kecuali JIka terjadi dengan tidak disengaja, yang sudah barang
tentu Allah mengetahui dari niat yang sebenarnya, yang timbul dan hati yang
tulus. Selanjutnya, maafkanlah lawan-lawanmu, kemudian meng-qadha shalat
dan puasa yang tertinggal. Bermohonlah kepada Allah dengan sepenuh hati agar
Allah mencukupkan dan memaafkan segala yang tidak dapat kita penuhi dan
segala kekurangan itu.
Kemudian, bacalah doa di bawah ini:
Wahai Tuhanku, inilah hamba-Mu yang mengembara kembait
menghadap rahmat-Mu, yang maksiat kembali kepada kebenaran,
hamba-Mu yang berdosa menghadap dengan memohon ampunan.
Ampunilah aku dengan kemurahanMu, dan terimalah aku dengan
karunia-Mu, dan pandanglah aku dengan rahmat-Mu. Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu, dan peliharalah sisa-sisa
hidupku. Sungguh, segala kebaikan itu seluruhnya berada pada-Mu,
dan Engkau adalah paling penyayang dan Maha mengasihi kami.
Dan dilanjutkan del}gan membaca doa Syiddab di bawah ini.
Ya Allah, yang menampakkan berbagai permasalahan yang
besar-besar, yang penghabisan dituju oleh kaum yang kebingungan.
Ya Allah, yang sangat kuasa, jika menghendaki sesuatu, maka sudah
cukup dengan berfirman, "Yakni kamu", berarti ia ada. Dosa-dosa
telah menggeluti kami, dan Engkau yang kami mohonkan
mengampuninya. Ya Allah, yang kami mohonkan untuk menghapuskan
berbagai kesulitan, aku menyediakan diri, terimalah taubatku, karena
Engkau adalah Penerima taubat dan Maha Pengasih. Ya Allah, yang
tidak diragukan dengan urusan yang banyak, dan dengan pendengaran
yang sempurna. Wahai Allah yang tidak pernah salah dengan
banyaknya peminta: Ya Allah yang tidak pernah merasa bosan
menerima permmtaan yang terus-menerus, curahkanlah kepadaku
perasaan tenang karena ampunan-Mu dan lezatnya ampunan-Mu
dengan rahmat-Mu. Ya Allah yang Maha Pengasih dari semua yang
mengasihi. Engkau adalah Maha Kuasa, atas segala sesuatu.
Kemudian bacalah shalawat atas Nabi Muhammad SAW. dan
keluarganya. Lalu, meminta ampunan bagi seluruh kaum Mu'minin, kemudian
kembali taat kepada Allah SWT.
Jika seseorang telah memulai mengerjakan hal-hal tersebut, berarti benarbenar telah taubat dan bersih dan segala dosa seperti keadaan bayi yang baru lahir.
Allah pun mencintainya dan memberikan pahala, berkah dan rahmat yang tidak
dapat dilukiskan banyaknya. Kemudian, terwujudlah ketenteraman baginya dari
segala rasa takut, bebas dari kerusakan, terlepas dari murka-Nya, selamat dari
pahitnya maksiat dan siksa-Nya, di dunia maupun di akhirat. Berarti ia telah
melewati aqabah ini dengan izin Allah, dan Allah jualah Pemberi hidayah dengan
belas kasihan dan fadhilah-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar