Kamis, 18 November 2021

PERMASALAHAN 12. CARA BERIMAN TERHADAP QADAR BAIK DAN BURUKNYA DARI ALLAH?

Terjemahan kitab qotrul ghoits.


PERMASALAHAN 12.

CARA BERIMAN TERHADAP QADAR BAIK DAN BURUKNYA DARI ALLAH?

Jika ditanyakan kepadamu: “Bagaimana cara kamu beriman terhadap qadar baik dan buruknya dari Allah?”.

Maka hendaklah kamu berkata: Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk-makhluk, telah memerintahkan terhadap ketaatan-ketaatan, melarang dari keburukan-keburukan, dan telah menciptakan Lauh (papan), yaitu lauh dari mutiara putih, panjangnya jarak antara langit dan bumi, lebarnya jarak antara masyriq dan magrib, kedua tepinya/pinggirnya adalah mutiara Yaqut dan ujungnya adalah Yaqut merah, asalnya berada di hijr malaikat, yaitu diawang-awang yang berada diatasnya langit. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata bahwa dibagian tengah lauh terdapat kalimat:

لا إِلهَ اِلا اللهُ وَحْدَهُ دِيْنُهُ الإسْلامُ وَمُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَمَنْ أمَنَ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَصَدَّقَ بِوَعِيدِهِ وَتَبِعَ رُسُلَهُ أدْخَلَهُ الجَنَّة

“Tiada tuhan selain Allah, maha esa Allah, islam agamanya, dan Muhammad hamba dan utusannya, barang siapa beriman terhadap Allah azza wa jalla, membenarkan terhadap janjinya dan mengikuti para rosunya maka Allah akan memasukkannya kesurga”.

Allah juga telah menciptakan Qalam (pena), yaitu Qalam dari cahaya, panjangnya seperti jarak antara langit dan bumi. Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, yang pertama Allah ciptakan adalah Qalam, kemudian Allah berfirman padanya: “tulislah”, lalu ia menjawab: “apa yang akan hamba tulis?”, Allah berfirman: “apa yang ada dan apa yang ada hingga hari kiamat, yang berupa perbuatan, ajal, rizki atau keburukan”, maka ia menulis terhadap apa yang ada hingga hari kiamat. Mujahid telah meriwayatkan sebuah hadits, yang pertama Allah ciptakan adalah Qalam, ia menulis apa yang ada hingga hari kiamat. Dan semua apa yang akan terjadi pada manusia atas suatu perkara benar-benar telah ditetapkan dari-Nya, inilah yang dimaksud dengan perkataan Mushannif, Allah juga telah memerintahkan keduanya untuk menulis perbuatan-perbuatan para hamba.

Firman Allah:


“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.

Maksudnya, sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu yang berupa apa-apa yang diciptakan yang kecil dan yang besar. Kami telah menciptakannya dengan qadla’, qadar, hukum, pengaturan yang telah ditentukan, nasib yang telah ditetapkan, kekuatan yang amat, dan pengetahuan yang sempurna pada waktu yang diketahui, dan tempat yang di tentukan, yang mana itu semua telah ditetapkan di Lauh sebelum terjadinya.

Firman Allah:


“Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis”.

Yaitu, segala sesuatu yang kecil dan yang besar, yang berupa makhluk, perbuatan-perbuatan, dan ajal-ajalnya telah ditetapkan di Lauhul Mahfudh, dan yang berupa setan, menambah dan menguranginya. Telah diriwayatkan, bahwasanya Nabi saw. telah bersabda:

رُوِيَ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قَالَ كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الخَلا ئِقِ كُلِّهَا قَبْلَ اَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالارْضَ بِخَمْسِينَ اَلْفَ عَامٍ

“Diriwayatkan bahwasanya Nabi saw. bersabda:Allah telah metapkan ketentuan-ketentuan para makhluk kesemuanya lima ratus tahun sebelum menciptakan langit dan bumi”

Dan Beliau saw. juga telah bersabda:

قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم لا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِاَرْبَعَةٍ يَشْهَدُ اَنْ لا اِلهَ الا اللهُ وَاَنِّى رَسُولُ اللهِ بَعَثَنِى بِالحَقِّ وَيُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ المَوْتِ وَيُؤْمِنُ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرّهِ

“Tidak disebut beriman seorang hamba hingga ia beriman terhadap empat perkara, bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah, bersaksi bahwa sesungguhnya aku utusan-Nya yang telah mengutusku dengan haq, beriman terhadap ba’ats setelah kematian, dan beriman terhadap qadar baik buruknya dari Allah”.

Ketaatan, yaitu sesuatu yang diberi pahala, adalah merupakan qadla’, qadar, iradah (kehandak), perintah, ridla’, mahabbah (kecintaan), petunjuk, dan penciptaan Allah. Sebagian ulama’ mengatakan, qadla’ adalah kehandak Allah yang azali, yang berkaitan dengan segala sesuatu terhadap suatu perkara, yang mana segala sesuatu tersebut berada pada suatu perkara tadi, sedang qadar adalah penciptaan Allah pada segala sesuatu sesuai dengan apa yang sesuai dengan ilmu Allah, maka qadla’ ibarat dasar dan qadar bangunannya, qadla’ ibarat mesin alat takaran dan qadar alat takarannya, qadla’ ibarat sesuatu yang disiapkan untuk membuat pakaian dan qadar pakaiannya, qadla’ ibarat ilustrasi pemahat terhadap suatu gambar yang ada di dalam hatinya dan qadar gambarnya.

Adapun kamaksiatan, yaitu sesuatu yang diberi siksa, adalah merupakan qadla’, qadar, dan iradah Allah, juga penciptaan dan penelantaran Allah, akan tetapi bukan perintah, ridla’, mahabbah, dan petunjuk Allah. Ketahuilah bahwasanya madlul (yang dimaksudkan ) perintah bukan madlul kehendak, terkadang perintah terlepas dari kehendak, sebagaimana jika seoarang anak hakim membunuh seorang laki-laki dengan sengaja, maka hakim tersebut akan memerintahkan terhadap membunuh anaknya, dan hakim tersebut bukanlah yang menginkan terhadap hal itu.

Makna ridla’ ialah menerima terhadap sesuatu dan memberikan pahala padanya, atau tidak menyiksa terhadapnya. Adapun perkara-perkara mubah (yang diperbolehkan) bukan perintah Allah, dan segala sesuatu yang Allah telah mengetahui bahwa sesuatu tersebut akan dijadikan telah Allah kehendaki, baik yang diperintahkan atau tidak. Ketahuilah pula, bahwasanya orang kafir diperintah untuk beramal sebagaimana ia di perintah untuk beriman, ini menurut Imam Syafi’i yang berbeda dengan Imam Hanafi, dimana beliau mengatakan, bahwa orang kafir tidak diperintah untuk beramal akan tetapi ia diperintah untuk beriman, dan dalilnya adalah firman Allah:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا

Dengan dasar bahwa tafsiran ayat ini menurutnya adalah :

يَااَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اَطِيْعُوا, يَااَيُّهَا الكَافِرُوْنَ أَمِنُوْا,

Dan

يَااَيُّهَا المُنَافِقُونَ اَخْلِصُوا

Sesungguhnya manusia ada tiga bagian: Orang mukmin yang ikhlas dalam keimanannya, yaitu orang yang berikrar dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan mengamalkan dengan anggota tubuh, orang yang kafir yang ingkar dalam kekufurannya, yaitu orang yang tidak berikrar dengan lisan, dan tidak beriman dengan hatinya, dan orang munafik yang mencari muka dalam kemunafikannya, yaitu orang yang berikrar dengan lisan, tidak beriman dengan hatinya, dan yang mencari muka didepan orang-orang mukmin.

Mereka semua (para makhluk) akan diberi pahala atas ketaatan, dan akan diberi siksa atas kemaksiatan mereka. Pahala dan siksa tersebut dengan wa’d (janji memberi kebaikan) Allah dalam ketaatan, dan wa’id (janji memberi siksa) Allah dalam kemaksiatan, firman Allah:


“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,

Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya), dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar